Thursday 22 May 2014

0 MAKALAH AKUNTANSI EKUITAS : REI

MAKALAH
AKUNTANSI EKUITAS : REI





ekonomi unsa




Di susun oleh :
I.gusti ketut manik satria darma
Irwan setyawan
Nurul hikmawati
Handayani





FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR 2013







Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini “akuntansi ekuitas : REI“.
Di dalam pembuatan makalah ini, kami berusaha menguraikan dan menjelaskan mengenai deviden, laba ditahan serta laba per lembar saham. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing kami Yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa universitas Sumbawa Besar. Terima kasih.


Sumbawa, 27 januari 2014


DAFTAR ISI
Cafer .................................................................................................................................. 1
Kata penghantar ................................................................................................................ 2
Daftar isi ............................................................................................................................ 3
BAB I. Pendahuluan
A.    Latar belakang ....................................................................................................... 4
B.     Rumusan masalah .................................................................................................. 4
BAB II. Pembahasan
A.    Deviden ................................................................................................................. 5
B.     Laba di tahan ......................................................................................................... 9
C.     Pendapatan komprehensif lainnya ........................................................................ 11
D.    Laporan laba rugi komprehensif ........................................................................... 12
E.     Laba per lembar saham ......................................................................................... 12
BAB III. Penutup
A.    Kesimpulan ........................................................................................................... 14
Daftar pustaka .................................................................................................................. 15













BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259).
Ada dua media pelaporan yang digunakan untuk melaporkan hasil aktivitas perusahaan yaitu Laporan Rugi Laba dan Laporan Laba Ditahan. Laporan Laba Ditahan dapat disajikan terpisah dari Laporan Rugi Laba, dapat juga disajikan sebagai bagian dari Laporan Rugi Laba. Laporan Laba Ditahan dapat juga disajikan di dalam Laporan Perubahan Modal, dimana perubahan laba  yang ditahan termasuk di dalamnya. Dalam hal yang terakhir Laporan Laba Ditahan secara tersendiri sudah tidak diperlukan. Laporan Rugi Laba dan Laporan Laba Ditahan merupakan laporan atas aktivitas perusahaan selama satu periode akuntansi, berbeda dengan neraca yang memberikan informasi tentang aktiva dan hutang perusahaan pada waktu tertentu.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengerti serta pembagian deviden ?
2.      Apa saja yang diketahuin mengenai laba di tahan ?
3.      Apa saja yang di ketahui mengenai komprehensif lainnya ?
4.      Apap saja laporan laba rugi komprehensif ?
5.      Bagai perhitungan laba perlembar saham ?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Deviden
Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimilikinya. Apabila dividen yang dibagikan itu berbentuk selain uang tunai maka akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan istilah dividen saja, maka yang dimaksudkan adalah dividen kas. Dividen yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:
1.      Deviden kas
2.      Dividen aktiva selain kas (property dividends)
3.      Dividen Utang (Scrip Dividends)
4.      Dividen Likuidasi
5.      Dividen Saham
Pembagian dividen kepada para pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut:
1.      Pembagian aktiva PT dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam hal dividen kas, aktiva selain kas atau dividen likuidasi.
2.      Timbulnya suatu utng dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti dalam hal dividen utang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi belum dibayar .
3.      Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi hanya menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT seperti dalam hal dividen saham.
Dalam rangka pembagian dividen dari suatu perusahaan ada 3 tanggal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Tanggal pengumuman
2.      Tanggal pendaftaran ( pencatatan )
3.      Tanggal pembayaran
Tanggal pengumuman adalah tanggal direksi PT mengumumkan adanya pembagian dividen dengan suatu jumlah tertentu untuk setiap lembar saham yang beredar. Pada tanggal ini dicatat adanya utang dividen, dan laba ditahan didebit. Pada tanggal pendaftaran (pencatatan) tidak ada jurnal yang dibuat. Saham yang dijual sesudah didaftarkan disebut“Stock ex dividends” . Pada tanggal pembayaran, dividend yang terutang dilunasi dan dicatat dengan mendebit rekening utang dividen dan mengkredit rekening aktiva. Apabila dividen yang dibagi itu berbentuk saham sendiri maka jurnal pencatatannya berbeda dari yang tersebut diatas. Berikut ini diberikan penjelasan untuk masing-masing jenis dividen.
1.            Dividen kas
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dalam bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya deviden kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian diveden tersebut. Jurnal untuk mencatat pembagian dividen kas ini dibuat pada pengumuman dan pembayaran.
Jurnal pada saat pengumuman :
Laba Ditahan                          Rp. xx
Utang Dividen Kas                      Rp. xx
Jurnal pada saat pembayaran :
Utang Dividen Kas                 Rp. xx
Laba Ditahan                          Rp. xx

2.            Dividen aktiva selain kas (Property Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut property dividends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lainnya.
Jurnal pada saat pengumuman :
Laba Ditahan                          Rp. xx
Utang Dividen                                    Rp. xx
Jurnal pada saat pembayaran:
Utang Dividen                        Rp. xx
Investasi                                  Rp. xx






3.            Dividen Utang (Scrip Dividends)
Dividen Utang (Scrip dividends) timbul apabila laba ditahan itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip devidends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan dating. Scrip devidends ini mungkin berbunga, mungkin juga tidak.
Jurnal pada saat pengumuman :
Laba Ditahan                          Rp. xx
Utang Dividen scrip                            Rp. xx
Jurnal ketika pembayaran disertai bunga:
Utang Dividen Scrip               Rp. xx
Biaya Bunga                           Rp. xx
Kas                                          Rp. xx
4.            Dividen Likuidasi
Dividen Likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting asset yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik.
Jurnal : Laba Ditahan              Rp. xx
Agio                           Rp. xx
Kas                              Rp. xx
5.            Dividen Saham
Dividen Saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.
Dividen Saham bisa dibagikan sebagai berikut:
1.    Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas, disebut saham biasa.
2.    Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas disebut dividen saham special ( khusus)
Ada beberapa alasan-alasan yang membenarkan pembagian dividen saham antara lain:
a)      Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba ditahan.
b)      Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang diprlukan untuk modal kerja atau ekspansi.
c)      Untuk menaikkan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga pasarnya akan menurun. Akibatnya mendorong terjadinya perdagangan saham.
Jurnal pada tanggal pengumuman:
Laba Ditahan                                                  Rp. xx
Utang Dividen Saham Biasa                           Rp. xx
Agio Saham Biasa (ketika Laba)                    Rp. xx
Jurnal pada tanggal pengeluaran;
Utang Dividen Saham Biasa                           Rp. xx
Modal Saham Biasa                                        Rp. Xx













B.     Laba ditahan
Laba Ditahan adalah laba dari operasi dibagikan dan menjadi tambahan penyertaan pemegang saham. Laba Ditahan merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Transaksi-transaksi yang mempengaruhi R/E adalah :
a.       Pembagian dividen
b.       L/R bersih operasi
c.       Koreksi pembukuan atas laba (rugi) tahun-tahun yang lalu
Laporan laba rugi bisa disajikan didalam laporan Laba Rugi atau terpisah dari laporan Laba rugi. Dan laporan laba ditahan dapat disajikan di dalam Laporan Perubahan Modal, dimana perubahan laba ditahan termasuk didalamnya.
Standar akuntansi harus membedakan antara transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi laba rugi yang akan disajikan dalam laporan laba rugi, dengan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi laba ditahan yang akan disajikan dalam laporan Laba ditahan.
1.     Pencadangan laba di tahan
Kadang-kadang manajemen perusahaan bermaksud menggunakan sumber-sumber perusahaan untuk tujuan-tujuan khusus tertentu sehingga tidak dapat dibagikan dividen. Sehingga guna memberitahukan kepada pemakai laporan tentang maksud tersebut  maka dibentuk pencadangan R/E.
Contoh:
a.       Untuk perluasan perluasan pabrik dilakukan dengan mentransfer dari laba ditahan Rp 1 juta selama 5 tahun. Jurnal untuk mencatat pencadangan tersebut setiap tahun selama 5 tahun adalah sebagai berikut :
R/E     Rp 1juta (D)
Laba ditahan yang dicadangkan untuk perluasan pabrik   Rp 1juta (K)

b.      Pada akhir tahun kelima saldo cadangan berjumlah Rp 5juta. Apabila perluasan pabrik telah selesai dan pencadangan tersebut sudah tidak diperlukan, maka jumlah tersebut ditransfer kembali ke laba ditahan :
Laba ditahan yang dicadangkan untuk perluasan pabrik   Rp 5 juta (D)
R/E    Rp 5 juta (K)



2.     Pembatasan Laba Ditahan
Dividen yang dibagikan dibebankan ke rekening laba ditahan. Dari waktu ke waktu dapat dilakukan pembatasan terhadap laba ditahan dengan maksud untuk menjaga agar tidak semua saldo tidak dibagi diminta sebagai dividen. Pembatasan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1.      Dengan membuat jurnal untuk mencatat pembatasan laba ditahan, sehingga jumlah laba ditahan terdiri dari dua rekening yaitu rekening laba ditahan masih bebas dan laba ditahan yang dibatasi
2.      Tidak membuat jurnal pembatasan laba ditahan.
Beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya pembatasan laba ditahan:
a)    Pembatasan laba ditahan untuk memenuhi perjanjian utang jangka panjang
b)   Pembatasan laba ditahan untuk perencanaan keuangan
c)    Pembatasan laba ditahan untuk kemungkinan kerugian dimasa yang akan datang

3.     Pembatasan Laba Ditahan untuk Memenuhi Perjanjian utang jangka panjang
Agar pengeluaran obligasi dapat lebih menarik kreditur, biasanya dengan perjanjian yang mewajibkan perusahaan untuk membuat dana pelunasan obligasi yang disimpan oleh pihak ketiga. Dana ini bisa merupakan setoran periodik dengan jumlah tertentu, atau mungkin juga jumlahnya tidak sama. Untuk mengimbangi adanya dana pelunasan obligasi biasanya laba dithan juga diminta untuk dibatasai penggunaannya. Jurnal yang dibuat untuk membatasi laba ditahan adalah sebagai berikut:
Laba Ditahan                                                               Rp. xx
Laba Ditahan untuk pelunasan Obligasi                     Rp. xx
Jurnal ketika obligasi dilunasi pembatasan laba ditahan dihapuskan.:
Laba Ditahan untuk pelunasan Obligasi                     Rp. xx
Laba Ditahan                                                              Rp. xx




C.    Pendapatan komprehensif lainnya
Pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income – OCI)  adalah total penghasilan dikurang beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi sebagaimana yang disyaratkan dalam SAK lainnya.
Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi:
1.      Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud);
2.      Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui  (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja);
3.      Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 10: Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing);
4.      Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan); dan
5.      Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55: Instrumen Keuangan).
Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan komponen dari pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.
Komponen dari pendapatan komprehensif lain dapat disajikan dengan salah satu cara berikut:
a.       Jumlah neto dari dampak pajak terkait (net of related tax effect); atau
b.      Jumlah sebelum dampak pajak terkait (before related tax effect) disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait dengan komponen tersebut.
Entitas mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi terkait dengan masing-masing komponen pendapatan komprehensif lain. Penyesuaian reklasifikasi (reclassification adjustments) adalah jumlah yang direklasifikasi ke laba rugi dalam periode berjalan yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain dalam periode sebelumnya.  Penyesuaian reklasifikasi dimasukkan dengan komponen pendapatan komprehensif lain yang terkait pada periode di mana penyesuaian direklasifikasikan ke laba rugi. Misalnya, keuntungan yang direalisasikan dari pelepasan aset keuangan yang dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual” dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan. Jumlah tersebut mungkin telah diakui dalam pendapatan komprehensif lain sebagai keuntungan yang belum direalisasi pada periode sebelumnya. Keuntungan yang belum direalisasi tersebut dikurangkan dari pendapatan komprehensif lain pada periode ketika  keuntungan yang telah direalisasi direklasifikasi ke laba rugi untuk menghindari memasukkan keuntungan yang belum direalisasi tersebut dua kali dalam total laba rugi komprehensif. Perubahan reklasifikasi tidak dilakukan pada perubahan surplus revaluasi atau pada keuntungan dan kerugian aktuarial yang diakui dalam program dana pensiun manfaat pasti. Komponen tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan tidak direklasifikasi ke laba rugi pada periode berikutnya. Perubahan surplus revaluasi dapat dialihkan ke saldo laba pada periode berikutnya ketika aset tersebut digunakan atau dihentikan pengakuannya dan keuntungan dan kerugian aktuarial dilaporkan dalam saldo laba pada periode diakuinya keuntungan dan kerugian aktuarial tersebut sebagai pendapatan komprehensif lain.
D.    Laporan Laba Rugi Komprehensional
Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan komprehensif (pos penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode:
1.      Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, di mana semua pos penghasilan dan beban yang diakui  dalam satu periode (pendekatan satu laporan  the single statement approach); atau
2.      Dalam bentuk dua laporan (pendekatan dua laporan  the two statement approach):
Laporan laba rugi  (statement of income)  minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut untuk periode:
a.       Pendapatan;
b.      Biaya keuangan;
c.       Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi (associates) dan ventura bersama (joint venture)   yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas ;
d.      Beban pajak;
e.       Operasi yang dihentikan (discontinued operations);
f.       Laba atau rugi
g.      Kepentingan nonpengendali; dan
h.      Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik ekuitas  entitas induk

E.     Laba per Lembar Saham
Laba per saham atau ernings per share (EPS) adalah laba yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa, yang dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama tahun berjalan. Jadi ketika suatu perusahaan memiliki laba bersih Rp. 10.000.000 dan rata-rata tertimbang saham biasa sebesar Rp. 250.000, maka perusahaan tersebut memiliki laba per saham Rp.40.
1.            Perhitungan Dasar
Earning per share pada dasarnya dihitung melalui perhitungan berikut ini:
EPS     =          Laba operasi - Dividen saham prioritas
Rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar



Contoh:
Pada tanggal 1 januari 19X1, PT "HISAM" mempunyai saham beredar 10.000 lembar saham biasa dan 2.000 lembar saham prioritas kumulatif, tidak partisipatid 10% nominal Rp 100,00. Setiap tahun dibayarkan dividen sahan prioritas. Pada tanggal 1 juli 19X1, dijual saham baru 1.500 lembar saham biasa dan pada 1 oktober 19X1 dibeli sebagai saham treasury 1.000 lembar saham biasa. Laba tahun 19X1 adalah Rp 125.000,00.

Earning per share     =          Rp 125.000,00 - Rp 20.000,00*)
10.500 lembar **)
EPS     =          Rp 10,00

*)         Rp 100,00 x 2.000 lembar x 10%  = Rp 20.000,00.
**)       1 januari - 30 juni = 10.000 X 6/12 = 5.000

1 juli - 30 september = 11.500 x 3/12 = 2.875
1 oktober - 31 desember = 10.500 x 3/12 = 2.625
Rata-rata saham beredar = 10.500 lembar




BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapat simpulkan setelam membuat makala ini, kami menjadi lebih mengetahui mengenai deviden, laba ditahan, pendapatan komprehensif lainnya, laporan laba rugi komprehensif serta cara perhitungan laba per lembar saham.


DAFTAR PUSTAKA



0 comments:

Post a Comment